Nasehat untuk saya sendiri. Juga bagi para orang tua lainnya. Yang sudah dikaruniai anak putra / putri. Semoga Allah mudahkan kita menjaga amanah ini. Menjaga fitrah mereka. Mendidik mereka hingga dewasa.
Sering kita dengar. Setiap orang tua pasti selalu mendambakan anaknya untuk menjadi anak yang shalih / shalihah. Ingin pula anaknya bisa sukses di dunia maupun di akhirat.
Seiring anaknya bertambah usia. Orang tua — seakan tak pernah lupa — selalu mendoakan anaknya. Bahkan setiap saat tentunya.
“Semoga kamu kelak jadi anak yang pintar, ya nak! Bakti pada kedua orang tua. Sukses. Jadi anak shalih / shalihah.”
Oke. That’s it.
Jika Anda baca sampai sini dan kita masih sepaham. Mari kita lanjutkan.
Disini saya bukan ingin bahas banyak soal parenting. Bagaimana mendidik anak yang baik. Belum tentu apa yang sudah saya tahu cocok buat semua orang. Ilmu parenting saya pun mungkin belum begitu tepat jika dijadikan sebagai rujukan.
Tapi. Ada satu hal penting yang ingin saya bicarakan lewat tulisan kali ini. Sesuai judul diatas.
Jangan Biarkan Anakmu Hafal Al-Fatihah …
(dari orang lain, guru, ustadz atau lainnya)
Anak adalah aset berharga buat kita. Investasi terbaik kita. Begitulah, apa yang mau kita tanamkan kepada anak-anak. Apa yang akan kita ajarkan. Kelak akan menjadi amal jariyah pula buat kita. Maka jangan sia-siakan. Ajarkan amal kebaikan. Kita sebagai orangtua harus terlibat.
Herannya, sebagian orang tua malah terkadang lupa. Lalai dari mengajarkan suatu amal kebaikan pada anaknya. Atau mungkin lebih percaya sama orang lain.
Atau malah ada yang lebih buruk lagi. Merasa gak perlu. Atau bahkan gak peduli juga ada. Tapi jarang.
Lebih memilih, “Udahlah biarin guru ngaji aja yang ajarin” atau “Udah nanti pas di sekolah kan mereka belajar”.
Iya sih, memang benar. Barangkali setiap orangtua punya alasan masing-masing. Tentang bagaimana mempercayakan anaknya dalam hal pendidikan pada orang lain.
Jadilah Orang Pertama yang Ajarkan Anak-anak Amal Kebaikan — Bekal Akhirat
Ini penting lhoh bapak-bapak / ibu-ibu. Atau teman-teman yang masih ingin menjadi orang tua. Semoga Allah mudahkan antum semua. Karuniai pasangan. Karuniai anak. Bagi yang belum.
Harus dimulai dari rumah. Iyaa, minimal satu surah pertama dalam Al-Quran. Ini termasuk amal kebaikan yang kelak akan mereka amalkan hingga dewasa. Bahkan hingga ajal menjemput mereka.
Pahala akan terus mengalir kepada kita orangtua mereka. Kalau yang ajarkan orang lain?
Bayangkan saja. Hafalan satu surah ini dipakai di setiap shalat. Al-Fatihah selalu dibaca. Karna ini termasuk rukun wajib shalat. Disyariatkan pula shalat wajib itu lima waktu dalam sehari. Artinya setiap hari — sebagai muslim — minimal sudah membaca surah ini 17 kali.
Belum shalat sunah rawatib ba’diyah dan qabliyah, 12 rakaat sehari. Belum shalat-shalat sunnah lainnya. Subhanallah. Sungguh bermanfaat sekali. Ini baru satu amalan.
Begini Caranya Supaya Anak 2 Tahun Hafal Surah Al-Fatihah
Sedikit. Cuman tujuh ayat. Setiap orang dewasa muslim — bahkan bukan penghafal sekalipun — insyaaAllah pasti sudah hafal surah ini. Semuanya bisa. Berarti gak sulit kan? Tinggal mengajarkan saja. Tinggal luangkan waktu saja.
Anak-anak apalagi dari usia golden age, mereka sangat mudah meniru orangtuanya. Bisa dibilang sosok copy-paste terbaik. Sekalipun kita gak niatkan buat ngajari mereka. Kadang malah hal sepele yang jadi kebiasaan kita di rumah pun mereka tiru.
Sering-sering saja dengarkan pada mereka bacaan surah Al-Fatihah kita. Ketika lagi duduk-duduk santai. Waktu bermain sama anak-anak. Atau waktu tertentu yang lebih khusus untuk mereka belajar.
Bacakan. Mereka akan dengar. Lebih sering. Mudah-mudahan mereka akan hafal. InsyaaAllah.
Sekiranya orangtuanya banyak kerjaan lain. Yasudah, nyalakan saja audio murottal. Biar anak sambil main juga sambil dengar. Satu hari minimal diulang 10 kali. Makin sering makin bagus. Terus begitu. Rutin. Sambil kita juga terus berdoa sama Allah, minta agar dimudahkan.
Jika Al-Fatihah sudah hafal, nah nanti lanjut lagi tambah surah-surah pendek lainnya.
Sekali lagi, walaupun semisal kita sebagai orangtua bukan lah penghafal quran. Bukan mustahil. Malah justru seharusnya anak-anak kita kelak yang jadi penghafal. Ini yang perlu kita ajarkan agar mereka bisa menjadi generasi penerus yang cinta Al-Quran. Menjadi seorang hafidz / hafidzah.
InsyaaAllah.
Ini sebuah cita-cita. Dan harusnya ada dalam visi dan misi keluarga setiap keluarga mukmin.
Belajar Harus Sama Ahlinya
Mengajarkan tahsin dan tajwid kepada anak-anak kan gak mudah? Ada cara-caranya. Ada metodenya.
Akan lebih tepat jika yang ahlinya langsung yang ajarkan. Guru agama, ustadz atau ikut pesantren / ma’had. Memang ini benar. Sangat baik malah jika hal ini bisa diterapkan pada anak.
Yang saya maksudkan diatas sebenarnya sederhana saja.
Minimal orangtua bisa ngasih modal dasar dulu aja deh. Selebihnya nanti tentu mereka akan belajar lagi. Semakin bertambah dewasa dan semakin mereka mengenal lingkungan sosial. Paling tidak sewaktu masa kanak-kanak di rumah mereka sudah dapat bekal.
Ada banyak hal sederhana lainnya. Seperti bagaimana mencontohkan anak dalam hal ibadah shalat. Seperti bagaimana menjelaskan kepada anak perempuan kenapa mereka harus memakai jilbab.
Dan hal lainnya yang semestinya memang perlu menjadi perhatian bagi orangtua. Bukan hanya soal belajar surah Al-Fatihah. Itu hanya salah satu contoh. Satu dari sekian banyak yang perlu kita amankan. Sebagai pundi-pundi amal jariyah kita tentunya. Seperti yang sudah saya paparkan diatas.
Selama anak-anak masih dalam pengawasan kita. Mereka masih dominan waktunya di rumah. Manfaatkanlah sebaik mungkin. Sebelum nantinya — katakanlah umumnya iya — beranjak mulai usia 6 tahun mereka sudah akan dididik di luar rumah.
Ada beberapa hal yang menjadi pokok tugas orangtua dalam hal mendidik anak mulai usia 2 tahun keatas (sampai baligh). Ada sembilan poin, diantaranya :
- membina akidah
- membina ibadah
- membina relasi sosial
- membina akhlak dan adab
- membina emosi anak
- membina intelektualitas
- membina jasmanai dan fisik
- membina pola hidup sehat
- mendidik anak sesuai fitrah jenis kelaminnya
Di lain kesempatan insyaaAllah kita akan coba bahas satu per satu lebih rinci. Tentang bagaimana penjelasannya dan cara prakteknya. Jangan lupa Subscribe blog ini agar teman-teman bisa dapatkan notifikasi langsung lewat email.
Terakhir
Sebagai penutup. Mengutip sebuah hadits yang dirawayatkan Imam Bukhari, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Salam pernah bersabda,
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”
Semisal kita belum bisa mengajarkan orang lain, minimal kepada anak sendiri. Dan jangan lupa kita pun sebagai orangtua tetap terus harus belajar. Malu lah sama anak. #senyum
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu memudahkan niat baik kita dalam mendidik anak-anak. Dan semoga kelak anak-anak yang Allah Azza wa Jalla titipkan pada kita, berhasil menjadi para penghafal Quran. Aamiin.
Barakallahu fiikum.
Okta
Saya dlu sempat mengajarkan anak saya alfatihah saat usia 3,5th dan dia cepat hafal. Tapi krn masih anak2 lebih sering bermain dan lebih suka menghafal doa harian, jadi sempat lupa diayat2 akhir. Bgtu mlai ikut TPA diusia 5th dia mlai hafal lagi alfatihah. Bagaimana amalannya ustad yg seperti itu?
·Iqbal
Tulisan yang menggugah dan menohok diri saya yang tak jarang merasa lelah saat anak saya minta diajarin baca iqro sebelum tidur. Terima kasih sudah mengingatkan kembali.
·Chaidir
Semoga Allah senantiasa mudahkan agar kita istiqomah mengajarkan anak Al-Quran. Terima kasih kembali sudah membaca tulisan ini.
·nur rochma
Intinya kalau orang tua mau mengajarkan hafalan surat Al Qur’an ataupun doa kudu mau mengulang-ulang atau dengan mendengarkan murottal. Lama kelamaan anak-anak akan terbiasa mendengar, mengucapkan dan menghafal.
·Chaidir
Betul.. 🙂
·Sambil orang tua muroja’ah. Juga mendengarkan bacaan kepada anak.