Fenomena yang sering dialami banyak orang. Terutama yang belum punya rem pengeluaran. Ketika punya uang banyak. Bawaannya pengen belanja terus. Nanti kalau sudah habis. Baru mikir belakangan.
Hal semacam ini perlu dihindari. Sebisa mungkin. Coba kenali setiap pengeluaran yang mau dibelanjakan. Mau dihabiskan untuk apa saja. Kebutuhan sehari-hari sudah seharusnya jadi yang utama.
Pasti punya kan list kebutuhan sehari-hari? Atau minimal Anda tahu setiap bulannya yang jadi kebutuhan rutin apa saja.
Bahkan juga mungkin kebutuhan jangka panjang. Sisihkan sesuai porsinya.
Balik ke rencana awal. Yang sudah pernah dibuat. Terkadang saking senangnya megang uang banyak. Sampai lupa diri. Lupa dengan rencana keuangan kemarin yang sudah dibuat matang.
Pasang Rem Pengeluaran, Tunda Dulu Sampai Besok
Mudah kok mengendalikannya. Asal mau saja. Secara sederhana, ada tiga prinsip yang bisa Anda coba pakai.

pexels.com/Pixabay
Pertama, prioritaskan kebutuhan.
Seperti yang sudah saya sampaikan di paragraf kedua.
Kalau memang itu kebutuhan penting. Harus belanja sekarang. Iya, boleh lah langsung beli.
Contoh :
Butuh pasta gigi. Sewaktu mau sikat gigi baru sadar kalau pasta gigi habis. Berarti memang butuh. Langsung beli.
Kebutuhan makan dan belanja harian. Kebutuhan bayar tagihan. Kebutuhan transportasi. Dan lainnya.
Kedua, gunakan rem pengeluaran.
Kalau ternyata yang mau Anda beli bisa ditunda. Maka tunda dulu sampai besok. Baru kemudian pikirkan lagi nanti.
Jadi begini…
Biasanya Anda –yang terlalu berlebihan– beli sana beli sini. Karna sudah kebawa hawa nafsu. Apalagi kerjaannya sering lihat aplikasi online shopping. Ya sudah. Pantas sering tergoda. Yang begini ini jangan langsung dituruti.
Sebelum pencet tombol transfer –kalau pakai mobile banking— pikirkan lagi. Yakin nih harus beli sekarang?
Patokannya bukan dari sale atau promo yang sedang ditawarkan.

pexels.com/Artem Beliaikin
Padahal sedikit lagi sudah mau berhasil menahan diri. Tahunya liat diskon 70% berlaku hanya hari ini saja. Matanya langsung fokus ke tulisan berlaku hari ini. Spontan langsung pengen beli. Rem pengeluaran Anda sudah blong.
Bukan seperti itu. Kalau itu namanya Anda berhasil terjebak strategi marketing mereka.
Belanja pakaian di supermall. Memang lagi butuh misal. Udah bertahun-tahun belum beli baju baru. Terus lihat ada tulisan beli 2 gratis 1. Tadinya cuman mau beli satu malah jadi bayar dua.
Bayar ke kasir. Dapat kupon belanja diskon 50ribu. Cuman berlaku 3 hari katanya. Wah, tergoda lagi nih.
Sebaiknya tunda dulu.
Besok perhatikan. Apa memang Anda masih butuh atau tidak. Biasanya kalau udah didiemin seharian. Godaannya hilang. Anda bisa berpikir lebih rasional.
Jangan rusak rencana keuangan Anda hanya karna keinginan belanja yang sesaat.
Ketiga, perbanyak bersyukur.
Pengaruh gengsi juga bisa. Ini lumayan sulit lagi mengendalikannya. Apalagi kalau udah kebiasaan. Ditambah lagi dengan lingkungan sekitar Anda –yang mungkin– orang-orangnya pada hedon dan konsumtif. Habis lah sudah.
Contoh :
Soal smartphone saja. Yang penting masih bisa berfungsi dengan baik. Bisa nelpon. Bisa whatsapp. Bisa internetan. Bisa foto dan video. Minimal foto gambarnya gak pecah aja. Udah cukup.
Lihat teman beli iPhone X kepengen. Lihat teman sekantor semuanya pada pakai Samsung –versi terbaru– pengen.
Orang-orang yang mendulukan gengsi ini suka lupa diri. Gak tahu dia diluar sana –diluar lingkungan sekitarnya– masih ada orang-orang yang lebih susah hidupnya. Bahkan untuk beli smartphone merk Mito saja pun tak bisa.
Maka pegang kuat-kuat prinsip ketiga ini. Yang menjadi kunci keberhasilan rem keuangan Anda. Perbanyak bersyukur. Atas segala nikmat –sekecil apapun– yang sudah Anda miliki. Sesekali lihat lah kebawah.

steemit.com
Belum bisa beli mobil.
Alhamdulillah.. masih punya motor. Diluar sana masih ada orang yang naik angkot –gak punya kendaraan sendiri.
Belum bisa beli gimbal atau camera stabilizer.
Alhamdulillah.. masih bisa pakai teknik handheld. Belajar video pakai tangan dan gak goyang.
Belum bisa makan enak di restoran.
Alhamdulillah.. masih bisa makan tahu tempe di rumah. Dipinggir jalan sana. Bahkan sampai mengais-ngais barang bekas dulu. Baru bisa makan.
Bersyukurlah. Masih diberi nikmat saat ini.
Mendadak Lupa Bayar Hutang
Lagi pegang uang banyak. Asyik memang belanja-belanja. Saking asyiknya, sampai lupa bayar hutang. Padahal sudah mampu bayar.
Bayar hutang itu wajib.
Giliran lagi kesulitan butuh uang pinjaman. Ingat sama teman. Seperti teman paling dekat sedunia.
Ketika sudah berkecukupan malah mendadak pura-pura amnesia. Mendadak hilang kontak. Sampai pertemanan di dunia online pun semuanya diblokir. Luar biasa pertemanan Anda.
Lebih baik jadi miskin. Tapi bebas dari hutang. Bebas dari kredit pinjaman. Supaya apa berlagak jadi orang kaya. Padahal lari dari hutang.
Pun juga dengan kewajiban-kewajiban Anda lainnya. Sisihkan.
Sudah Dihabiskan Untuk Apa Saja Harta Anda di Dunia?

pexels.com/Pixabay
Daripada Anda habiskan harta Anda untuk nikmat dunia yang sesaat. Ingatlah akhirat.
Ingatlah untuk bersedekah. Berinfaq di jalan Allah. Memberi makan yatim. Memenuhi kebutuhan orangtua dan kerabat dekat. Ini jauh lebih utama nilainya.
Berinvestasi untuk bekal di akhirat. Selagi masih diberi kelapangan di dunia. Bersegeralah menabung amal kebaikan. Beri manfaat yang lebih banyak untuk orang-orang disekitar. Yang bisa jadi harta Anda saat ini. Ternyata sebagiannya adalah titipan untuk orang lain.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata:
“Tiada seorang pun diantara kita melainkan ia hanyalah seorang tamu (di dunia). Demikian pula harta benda yang dimilikinya hanyalah sebuah pinjaman (dari Allah). Sedangkan yang namanya tamu itu sudah pasti akan pergi (yakni meninggal dunia), dan (harta) pinjaman itu pasti akan dikembalikan kepada sang Pemiliknya.”
(Lihat Hilyatu Al-Uliyaa’, karya Abu Nu’aim Al-Ashbahani I/134).
Semoga bermanfaat.
Bagikan tulisan ini ke teman-teman Anda –yang mungkin– masih kesulitan mengatur keuangannya. Tulisan ini saya buat juga sebagai pengingat / nasehat bagi diri saya sendiri dan keluarga. Jika ada masukan silahkan tinggalkan di kolom komentar.
Barakallahu fiikum.
Bingung Memilih Tablet, Beli iPad atau Samsung Galaxy Tab? Atau Mi Pad?
[…] Baca juga : “Pentingnya Punya Rem Pengeluaran, Lagi Banyak Uang Pengen Belanja Terus“ […]
·Prima
Saya juga punya pengalaman dengan ngerem pengeluaran ini. Ceritanya beberapa minggu lalu waktu jalan-jalan di sebuah mall, ketemu sama sebuah kursi santai yang menggoda. Kebetulan, memang kami lagi perlu kursi untuk diletakkan di depan TV.
Pas butuh, pas ada…kalau langsung beli, harusnya nggak ada masalah kan.
Namun, saya dan istri memutuskan untuk tunggu dulu sampai minggu depan. Kalau minggu depan masih merasa perlu, ok kita beli.
“Terus kalau barangnya habis gimana?” tanya istri saya.
“Ya berarti nggak jodoh,” jawab saya simpel.
Selang seminggu, ternyata memang kami merasa perlu memiliki kursi tersebut. Jadi, kami putuskan kembali ke mall tersebut dan melakukan pembelian.
Alhamdulillah, hingga hari ini, kami tidak menyesal membeli kursi tersebut.
·Chaidir
Alhamdulillah..
Ternyata kursinya masih menunggu dibeli sama Mas nya. Kirain keburu dipinang orang lain. 🙂
Betul.
Kalau memang merasa butuh dan memang budget-nya ada. Sudah disisihkan untuk kebutuhan-kebutuhan lainnya. Ga masalah.
Tapi begitupun tetap gunakan rem pengeluaran akan lebih baik. Apalagi dengan nominal yang besar.
·