Setelah berumah tangga saya baru merasakan betapa pentingnya mengatur finansial. Lebih tersadarkan tepatnya. Walaupun sampai sekarang belum jago juga soal finansial. Tapi yang jelas masalah satu ini memang perlu diperhatikan.

Minimal punya prinsip dasar lah untuk selalu berusaha menyisihkan uang setiap bulan. Menahan diri agar tidak berfoya-foya untuk hal-hal yang tidak perlu. Pengeluaran sebisa mungkin atas dasar kebutuhan. Bukan keinginan semata.

Kalau nuruti keinginan terus-terusan. Iya berapa pun penghasilan per bulan gak akan cukup.

Bicara soal menabung setiap orang sudah tahu. Bahkan anak kecil pun tahu. Nabung uang di celengan misalnya. Orang yang lebih dewasa nabung uangnya di Bank.

Namun kenyataannya gak semua orang benar-benar menabung meski punya rekening tabungan di bank.

Cara mengetahuinya gampang. Kalau misal sampai sekarang ini Anda cuman punya satu rekening bank. Itu artinya Anda belum benaran niat menabung. Itu namanya cuman nyimpan uang di bank. Beda menyimpan uang dengan menabung uang.

Sederhananya. Menyimpan uang bisa di dompet. Di saku celana. Di tas mungkin atau sebagainya.

Nabung uang bisa di bawah bantal misal. Bisa di amplopin. Bisa di masukin brankas. Di kotak amal masjid juga bisa banget. 😀

pisahkan tabungan untuk berangkat haji

Intinya harus dipisah. Buat dua rekening berbeda. Jika memang benar-benar niat mau menabung.

Saya disini sangat sarankan — khususnya muslim — gunakan lah bank yang syariah. Sekarang kan sudah banyak. Meski sebenarnya sekedar punya rekening bank saja pun. Perlu hati-hati. Baiknya memang dihindari kalau ada cara yang lebih baik. Tapi iya untuk sekedar keperluan menyimpan uang, menerima gaji atau transfer. InsyaaAllah masih aman.

Hati-hati dengan bunga bank meski ditawarkan dengan istilah apapun.

Terus apa bedanya menyimpan uang dengan menabung uang?

Kalau menyimpan uang, sewaktu-waktu kapan pun kita butuh kita boleh pakai. Disitu termasuk kebutuhan sehari-hari. Dan segala macam pengeluaran yang memang diperlukan.

Kalau menabung uang, harusnya kan gak boleh dipakai kapan saja. Minimal sampai batas waktu yang kita tentukan. Atau sampai nanti tujuan menabung kita tercapai. Baru boleh dikeluarkan.

Hal sesedarhana ini kelihatan sepele. Padahal penting, kan?

Selagi tempat menyimpannya masih sama. Yakin bisa punya tabungan? Kalau iman Anda sangat kuat untuk meredam jiwa yang konsumtif. Anda disiplin dalam mengatur pengeluaran. Iya, bisa. Kalau tidak? Sedikit demi sedikit digrogoti.

Makanya orang-orang dulu kalau nyimpan uang di tempat yang susah diambil. Biar gak mudah kepakai. (Eh, taunya malah anaknya yang ambil)

hukum menabung uang di bank riba

Hindari Investasi / Menabung Uang dengan Cara Riba

Sebisa mungkin hindari yang namanya riba. Bagi teman-teman yang masih belum paham, ada baiknya pelajarilah.

Prinsip pertama yang perlu dipegang seperti yang sudah saya sebutkan diatas. Hindari yang namanya bunga. Kalau memang mau nyimpan uang ya sudah jangan berharap uang Anda bertambah.

Makanya saya lebih suka pilih akad wadiah — titipan. Meskipun ada yang namanya akad mudharabah — bagi hasil. Entah lah. Saya tidak mau terlalu mudah percaya. Selama yang kelola masih pihak Bank — meskipun berembel-embel syariah. Rasanya gak jauh berbeda.

Kalau Anda mau menerapkan akad mudharabah, akan lebih baik Anda bermuamalah langsung dengan orang yang Anda kenal. Bagi hasilnya lebih jelas. Proses bisnisnya Anda jelas tahu. Laporan laba ruginya bisa dipantau.

Sampai disini sepakat ya?

Sekedar nyimpan uang dan nilainya bertambah saja tidak boleh. Apalagi semacam pinjaman, deposito, asuransi, dan lain-lainnya.

Transaksi uang dan uang — termasuk salah satu barang ribawi. Akadnya harus dengan nilai yang sama dan dilakukan secara langsung tangan dengan tangan — disaat yang sama.

Saatnya Hijrah! Jangan Nabung Uang, Lebih Baik Menabung Emas

Kenapa?

Dari penjelasan sebelumnya, katakanlah kita sudah punya dua rekening bank. Yang satu khusus untuk menabung uang. Satunya untuk keperluan operasional sehari-hari. Nyimpan uang, nerima gaji, keperluan transfer uang dan lainnya.

Dan kita sudah sepakat kalau niatnya nabung di bank. Gak akan ambil keuntungan. Semisal nabung Rp 10 juta. Sampai nanti targetnya 5 tahun. Maka uang kita yg Rp 10 juta iya harusnya tetap segitu. Hanya bisa nambah nilainya kalau kita setor uang lagi di rekening tabungan itu. Selama jangka waktu lima tahun berjalan.

Menabung Uang Kena Dampak Inflasi

menabung uang kena dampak inflasi

Lalu muncul masalah. Dalam sistem perekonomian — saat ini — akan selalu ada inflasi. Hal ini mempengaruhi daya beli suatu mata uang terhadap barang. Seolah-olah harga barang naik.

Inflasi itu akan selalu terjadi. Selama yang digunakan sebagai bahan mata uang adalah kertas — yang sangat mudah diperbanyak jumlahnya. Peredaran jumlahnya dapat dengan mudah diatur oleh kebijakan moneter (Bank Sentral). Dan yang berperan dalam hal ini tentu adalah penguasa — Pemerintahan.

Lima tahun yang lalu, nilai uang Rp 10 juta katakanlah bisa beli smartphone sampai 8 buah — harga satu jutaan. Setelah lima tahun, uang segitu mungkin cuman bisa beli 5 buah smartphone saja.

Secara nominal jumlah uang kita sama. Namun ternyata nilainya sudah berbeda — mengalami penurunan. Begitulah.

Gimana solusinya?

Menabung Emas, Solusi Menahan Inflasi

Daripada uang Anda mengendap di Bank. Nilainya bukannya bertambah malah berkurang. Lebih baik uang itu dibelikan emas saja.

Nilai emas tidak terpengaruh oleh inflasi.

Emas memiliki nilai moneter absolut terhadap seluruh mata uang di dunia.

Logam emas bukanlah barang yang bisa dengan mudah diperbanyak seperti kertas — yang dijadikan mata uang saat ini. Sehingga sebenarnya nilai emas itu cenderung sama — gak berkurang atau bertambah.

Ilustrasinya begini :
Misal saat ini dengan 1 gr emas bisa beli beras 60 kg. Jika dengan uang katakanlah senilai Rp 750.000.
1 gr emas = Rp 750.000

Tahun depan inflasi 6%, uang Rp 750.000 ternyata cuman bisa beli 56 kg beras. Sementara pakai emas 1 gr tetap masih bisa beli 60 kg.
1 gr emas = Rp 795.000

Seolah-olah harga emas naik ya? Padahal kan tidak. Nilai emasnya tetap. Kita lihatnya bukan dari nominal. Tapi apa yang mampu kita beli dengan nominal itu. Berapa banyak yang kita bisa dapat.

***

The Golden Standard vs Fiat Money

Dulu sejarahnya uang kertas yang beredar nilainya pun harus sama dengan jumlah nilai emas yang disimpan di Bank Sentral. Seperti sertifikat atau nota berharga atas kepemilikan barang — dalam hal ini adalah emas.

Berapa nilai yang tercantum di uang kertas harusnya sebanding dengan nilai emas yang dimiliki. Ini zaman The Golden Standard.

the gold standard vs fiat money

Sekarang kan gak gitu. Era Fiat Money. Setiap negara bisa bebas menambah jumlah uang yang beredar. Meski tidak sesuai lagi dengan jumlah barang berharga yang mereka miliki.

Akhirnya seolah-olah uang kertas itu menjadi barang baru yang bisa menandingi emas.

Sederhananya seperti itu lah.

Sampai disini seharusnya kita sepakat.

Bahwa uang itu gak bikin orang jadi kaya — kalau cuman disimpan. Bukan jaminan. Tapi apa yang sudah kita miliki sekarang lah yang menunjukan seberapa kaya kita. Punya emas kah. Punya rumah kah. Mobil berapa banyak.

Ambil pula pelajaran dari orang yang kaya hati.

Meski gak punya uang tapi selalu merasa cukup dan bahagia. Karna apa yang ia butuhkan sudah tercukupi baginya. Meski secara materi pun gak punya banyak hal. Gak punya mobil. Rumah masih ngontrak. Motor pun butut. Udah lebih 10 tahun gak ganti. Masih aja pake Supra X 125. Alhamdulillah.. #lah_inimahcurhat :’)

Kesimpulan

Jadi jangan mau menabung uang. Boleh lah nabung uang. Tapi setelah dirasa cukup, belikan emas batangan. Ini kalau Anda mau menabungnya untuk jangka panjang. Kalau cuman untuk saving sebulan dua bulan, ya sudah biarin lah dalam bentuk uang.

Nah, satu hal yang menarik lagi. Sebenarnya ini aneh menurut saya. Yang terjadi dipasaran. Ada harga jual emas dan ada harga beli emas. Ada penyusutan harga.

Kok bisa ya? Apa memang seperti itu. Padahal bentuk emasnya gak berubah. Saat kita beli dan kita mau jual masih sama. Masih dibungkus lagi.

Prinsip ekonomi yang begini nih harusnya gak berlaku lah untuk barang seperti emas. Sama seperti uang. Anda tukar uang recehan tapi nilainya berkurang, mau?

Iya sih emas bukan alat tukar yang sah — seperti layaknya uang. Jadi masih dianggap barang. Oke.

Tapi tetap aneh bagi saya.

***

Bagaimana menurut teman-teman?

Ada yang belum menabung emas batangan? Kalau boleh tahu alasannya kenapa? Dan bagi yang sudah juga mungkin bisa cerita di kolom komentar. Motivasi teman-teman menabung emas apa saja.

Menabung emas yang saya maksud disini adalah menyimpan sejumlah emas sebagai tabungan jangka panjang. Bukan seperti membuka rekening tabungan emas.

Tulisan berikutnya insyaaAllah saya mau cerita kenapa saya gak sebut investasi emas. Tapi menabung emas. Ada alasannya.

Dan juga apa perbedaan menabung emas dengan tabungan emas. Nanti akan saya ulas di artikel selanjutnya.

Baca disini : Investasi Emas Mudah dengan Tabungan Emas, Cara Berpikir Anda salah!

Jadi, jangan lupa Subscribe blog ini. Agar Anda tidak ketinggalan update tulisan dan informasi-informasi terbaru dari Chaidir.Web.ID.