Dalam sebuah instansi akademik atau lembaga pendidikan formal pasti tidak akan lepas dari yang namanya peraturan. Untuk bisa mencapai tujuan dari proses belajar dan mengajar, jelas memang dibutuhkan yang namanya kesepakatan bersama. Yaitu antara pihak yang mau belajar dan yang mengajar. Ada beberapa aturan yang berlaku secara universal. Misal SMP yang di Jakarta dan Medan sama-sama memakai seragam putih biru. Tapi ada juga beberapa aturan yang disesuaikan dengan kebijakan masing-masing.

Lantas pernahkah Anda bertemu dengan beberapa orang yang suka melanggar aturan?? Yang baginya aturan bukanlah segalanya. Yang baginya gak semua aturan bisa diterapkan secara baku pada siapa saja. Yang bagi sebagian dari kita biasanya orang seperti itu disebut pembangkang.

Disiplin adalah satu-satunya cara untuk mencapai kesuksesan. Maka, kamu yang tidak menaati aturan berarti sama saja dengan menantang kegagalan.

Bagaimana menurut Anda tentang hal ini??

Oke memang benar bahwa disiplin itu adalah kunci dari keberhasilan. Tanpanya setiap orang tidak akan memiliki acuan atau batasan untuk bertindak secara tepat. Cuman lagi belum tentu orang yang membangkang pada aturan-aturan pendidikan formal semacam itu langsung dapat dipastikan akan jadi orang yang gagal.

  • Belum tentu orang yang suka terlambat ke sekolah, besok-besok gak cocok kerja kantoran.
  • Belum tentu orang yang suka mengkritik sesuatu dari gurunya itu berarti tidak menghormati.
  • Belum tentu orang yang tidak mengerjakan tugas berarti orang yang bodoh dan malas.
  • Belum tentu orang yang baju seragamnya berantakan berarti tak pantas jadi milyuner.
  • Belum tentu orang yang rajin bolos merupakan calon pengangguran.

Untuk mengantisipasi segala macam hal buruk seperti itu, biasanya pihak akademik pun pasti memiliki sanksi tersendiri untuk para pembangkang ini. Atas nama keadilan, semua orang diperlakukan sama (katanya). Pokoknya yang bandel mesti dihukum. Pokoknya yang bandel mesti dikasih nilai rendah biar kapok. Pokoknya yang melanggar aturan itu mestinya dikeluarkan aja kalau bisa. Waaah, hebat kan? -_-

Bahkan kalau saja ini masih zaman dulu, setiap yang bandel a.k.a pembangkang atau siapa saja yang melanggar aturan harus merasakan pedihnya rotan. Harus merasakan kerasnya penghapus diketok ke kepala. Harus merasakan tamparan, tempeleng, dan lain sebagainya. Sebenarnya kalau diusut mendalam, perilaku seperti ini masih ada juga sih terjadi di beberapa daerah. Apa memang begini caranya?

siswa-pembangkang-melanggar-aturan

Antara Orang Penurut dan Orang Pembangkang

Saya pribadi sebenarnya bisa dibilang tergolong orang yang baik ketika di Sekolah dulu. Beberapa kali menjadi Juara Kelas pernah saya rasakan. Sering mengikuti organisasi dan kegiatan ini itu juga pernah saya rasakan. Mendapatkan prestasi dari perlombaan juga pernah saya rasakan. Menjadi sosok pemimpin di kelas maupun di organsisasi juga pernah. Tapi mulai dari SD, SMP hingga SMK saya juga pernah melakukan tindakan seorang pembangkang. Istilahnya dibalik nama baik, saya juga memiliki rekam jejak yang buruk. ^_^

Makanya bisa dikatakan saya sedikit banyak bisa memahami dua kondisi sosial yang berbeda tersebut. Antara pihak yang dikatakan anak penurut dan pihak yang dikatakan anak pembangkang. Saya rasa semua orang gak ada yang mau dihukum dan gagal. Tapi sudah pasti semua orang punya kesempatan untuk berada dibawah dan mengalami kegagalan. Jadi, sesekali cobalah pikirkan semisalnya Anda berada di sisi mereka. Pasti tidak enak kalau tidak ada orang yang berpihak pada kita.

Orang Pembangkang Gak Suka Dilawan

Setiap orang pasti memiliki perilaku dan tindakan yang berbeda-beda. Itu pasti, selagi setiap orang masih memiliki pikiran, pasti dia bisa membuat keputusan sendiri. Maka pada hakikatnya, gak akan ada orang yang sepenuhnya bisa benar-benar kita atur untuk bertindak semau-maunya kita. Alangkah lebih baiknya kita lah yang terlebih dahulu mesti menyesuaikan diri ke orang lain. Saat kita sudah berada pada kondisi yang sama, biasanya tindakan yang dituju pasti juga sama. Kalau udah seperti itu, aturan dan arahan pun  bisa jadi lebih menyenangkan. Karna keduanya sama-sama memahami hasil yang ingin dicapai. 😀

Coba cermati sendiri! Kalau bola itu dilempar dengan kuat ke dinding, bisa-bisa mantul sembarangan dan kenak ke kita juga. Tapi kalau bola itu pelan-pelan kita pegang dan arahkan, mestinya dia gak akan merugikan siapa-siapa. Seharusnya begitu juga dengan mereka yang suka melanggar aturan. Sangat mudah menaklukan mereka jika kita bisa masuk dan merangkul mereka sebagai teman.

Ingat Pak Bu!! 
Mereka bukan penjahat. Mereka juga bukan binatang. Mereka sama dengan yang lain. Sama-sama pernah salah. Sama-sama pengen diberikan dorongan. Sama-sama pengen berhasil kelak. Selagi masih dalam proses belajar, kenapa tidak berikan arahan yang baik saja kepada mereka? Bukan dengan kebencian.